Yayasan Pusaka Indonesia (YPI) bekerjasama dengan CRS telah melaksanakan program pengembangan pemulihan pasca bencana Sulawesi Tengah, Salah satunya pembentukan kelompok siaga bencana di lima desa. Desa Mataue, Desa Lonca, Desa Toro, Desa Marena dan Desa Poleroa Makuhi, di Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi.
Koordinator Program YPI, Marjoko mengatakan sejumlah kegiatan telah dilakukan meliputi analisis kawasan, pelatihan tentang manajemen bencana desa, mendampingi masyarakat untuk menggambarkan kawasan desa tentang ancaman dan risiko yang ada di desa, melakukan penguatan kepada keluarga tentang upaya penyelamatan dini yang harus dilakukan pada tingkat keluarga dan mendukung rencana aksi masyarakat dalam upaya pengurangan risiko bencana. Program ini belangsung sejak Mei 2019 sampai Februari 2020.
Selain fasilitas dan penguatan kapasitas yang diberikan, Kelompok Siaga Bencana di desa tersebut, nantinya akan menjadi penggerak untuk kesiapsiagaan di setiap desa, di bawah pengarahan dan pengawasan desa tentunya.
Selain itu, lanjut Marjoko, YPI dan CRS telah membuat pemetaan potensi dan sumber daya manusia serta daerah kerawanannya. Tim Kelompok Siaga Bencana yang telah dilatih dan dibekali kemampuan ilmu kebencanaan.
Untuk menjamin keberlanjutan program pengurangan risiko bencana ini, YPI dan CRS telah pula mendorong pemerintah desa agar semua rencana aksi yang telah dihasilkan oleh masyarakat dapat dijadikan bagian dari program pengembangan yang akan ditanggungjawabi oleh pemerintah desa dengan program-program pemberdayaan masyarakat yang bersumber dari dana desa yang tersedia setiap tahunnya, kata Marjoko
Marjoko menambahkan, kerja sama berbagai pihak merupakan salah satu faktor penting dalam percepatan pemulihan pascabencana. Marjoko menilai mitigasi bencana juga perlu disebarluaskan secara masif, bahkan hingga tingkat desa dengan beragam cara dan strategi untuk mengurangi dampak bencana di kemudian hari.
Harapanya dengan adanya kelompok siaga bencana desa, kelompok ini mampu untuk mengarahkan masyarakat untuk menyelamat diri dan mendorong masyarakat agar mampu melakukan pengurangan risiko bencana, ungkap Marjoko